Senin, 21 September 2009

Nilai-nilai pendidikan dalam Haji


Ibadah haji adalah membuat keputusan untuk mengunjungi tempat yang suci. Disebut demikian karena kaum muslimin minimal sekali seumur hidupnya sedapat mungkin membuat keputusan untuk mengunjungi tanah suci, khususnya mekkah dan sekitarnya guna menunaikan rukin islam yang kelima.
Dalam melaksanakan ibadah haji, terkandung banyak nilai – nilai pendidikan didalamny. Bila kita melihatnya dari sisi pelaksanaan haji itu sendiri, maka kita dapat menagkap nilai pendidikan dari istilah – istilah penting dalam haji, diantaranya:

Pertama, ibadah haji dimulai dengan niat sambil menanggalkan pakaian biasa dan mengenakan pakaian ihram. Tak dapat disangkal bahwa pakaian menurut kenyataannya dan juga menurut Alqur’an berfungsi sebagai pembeda antara seseorang atau sekelompok dengan lainnya. Pembedaan tersebut dapat mengantar kepada perbedaan status sosial, ekonomi atau profesi. Pakaian juga dapat memberi pengaruh psikologis pada pemakainya. Itulah makanya, di Miqat, tempat di mana ritual ibadah haji dimulai, perbedaan dan pembedaan tersebut harus ditanggalkan. Semua harus memakai pakaian yang sama. Pengaruh-pengaruh psikologis dari pakaian harus ditanggalkan, hingga semua merasa berada dalam satu kesatuan dan persamaan. Dengan mengenakan dua helai pakaian berwarna putih – putih, sebagaimana yang akan yang akan membalut tubuhnya ketika ia mengakhiri perjalanan hidup di dunia ini. Seseorang yang melaksanakan ibadah haji akan dipengaruhi jiwanya oleh pakaian ini, ia juga seharusnya juga merasakan kelemahan dan merasakan keterbatasannya serta pertanggung jawaban yang akan ditunaikannya kelak di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, yang di sisi-Nya tiada perbedaan antara seseorang dengan yang lain, kecuali atas dasar pengabdian kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah :
Artinya : Barang siapa mengharap perjumpaan dengan tuhannya, maka hendaklah ia beramal shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannnya. (QS Al - Kahfi : 110)


Kedua, dengan dikenakannya pakaian ihram, maka sejumlah larangan harus diindahkan oleh pelaku ibadah haji. Misalnya, larangan menyakiti binatang, membunuh, menumpahkan darah, dan mencabut pepohonan. Mengapa? Karena manusia berfungsi memelihara makhluk-makhluk Tuhan dan memberinya kesempatan seluas mungkin mencapai tujuan penciptaannya. Tidak diperbolehkan juga menggunakan wangi-wangian, bercumbu atau kawin, dan berhias supaya setiap peserta haji menyadari bahwa manusia bukan hanya materi semata-mata, pun bukan pula birahi. Hiasan yang dinilai Tuhan adalah hiasan rohani. Dilarang pula menggunting rambut, kuku, supaya masing-masing menyadari jati dirinya dan menghadap pada Tuhan sebagaimana apa adanya.
Ketiga, Ka’bah yang dikunjungi mengandung pelajaran amat berharga dari segi kemanusiaan. Di sana, misalnya, ada Hijr Ismail yang arti harfiahnya adalah pangkuan Ismail. Di sanalah Ismail a.s. putra Ibrahim a.s., pembangun Ka’bah ini pernah berada dalam pangkuan Ibunya yang bernama Hajar, seorang wanita hitam yang miskin dan bahkan budak, yang konon kuburannya pun di tempat itu. Namun demikian, budak wanita ini ditempatkan Tuhan di sana dan peninggalannya diabadikan untuk menjadi pelajaran bahwa Allah SWT memberi kedudukan untuk seseorang bukan karena keturunan atau status sosialnya, tapi karena kedekatannya kepadaNya dan usahanya untuk berhijrah dari kejahatan menuju kebaikan, dari keterbelakangan menuju peradaban.
Keempat, setelah selesai melakukan tawaf yang menjadikan pelakunya larut dan berbaur bersama manusia-manusia lain, serta memberi kesan kebersamaan menuju satu tujuan yang sama yakni berada dalam lingkungan Allah SWT, dilakukanlah sa’i. Di sini muncul lagi Hajar, wanita bersahaja yang diperistri Nabi Ibrahim a.s. itu, diperagakan pengalamannya mencari air untuk putranya. Keyakinan wanita ini akan kebesaran dan kemahakuasaan Allah sedemikian kokoh. Terbukti, jauh sebelum peristiwa pencaharian ini, ketika ia bersedia ditinggal (Ibrahim) bersama anaknya di suatu lembah yang tandus, keyakinannya yang begitu dalam tak menjadikannya sama sekali berpangku tangan menunggu turunnya hujan dari langit, tapi ia berusaha dan berusaha berkali-kali mondar-mandir demi mencari air. Hajar memulai usahanya dari bukit Shafa yang arti harfiahnya adalah “kesucian dan ketegaran” - sebagai lambang bahwa mencapai kehidupan harus dengan usaha yang dimulai dengan kesucian dan ketegaran - dan berakhir di Marwa yang berarti “ideal manusia, sikap menghargai, bermurah hati dan memaafkan orang lain.”
Kalau tawaf menggambarkan larut dan meleburnya manusia dalam hadirat Ilahi, atau dalam istilah kaum sufi al-fana’ fi-Allah, maka sai’ menggambarkan usaha manusia mencari hidup. Thawaf dan sa’i melambangkan bahwa kehidupan dunia dan akhirat merupakan sutu kesatuan dan keterpaduan. Dengan tawaf, disadarilah tujuan hidup manusia. Sedangkan ditunaikannya sa’i menggambarkan tugas manusia sebagai “upaya semaksimal mungkin.” Hasil usaha pasti akan diperoleh baik melalui usahanya maupun melalui anugerah Allah, seperti yang dialami Hajar bersama putranya Ismail dengan ditemukannya air Zam Zam itu. Sebagaimana Allah berfirman :
Artinya : Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi. ( QS Al- Qashash : 77).
Kelima, wukuf di Arafah. Di padang yang luas lagi gersang itu seluruh jamaah wuquf (berhenti) sampai terbenamnya matahari. Di sanalah manusia seharusnya menemukan makrifat pengetahuan sejati tentang jati dirinya, akhir perjalanan hidupnya. Di sana pula ia mesti menyadari langkah-langkahnya selama ini, sebagaimana ia menyadari pula betapa besar dan agung Tuhan yang kepadaNya bersimpuh seluruh makhluk, sebagaimana diperagakan dalam ritual thawaf di padang tersebut.
Kesadaran-kesadaran itulah yang mengantarkannya di padang Arafah untuk menjadi ‘arif atau sadar dan mengetahui. Kearifan, apabila telah menghias seseorang, maka ia akan, menurut Ibnu Sina, selalu gembira, senyum, (betapa tidak senang hatinya telah gembira sejak ia mengenal-Nya …di mana-mana ia melihat satu saja… melihat Yang Maha Suci itu, semua makhluk dipandangnya sama karena memang semua sama… sama-sama kecil dan membutuhkanNya). Ia tak akan mengintip-ngintip kelemahan atau mencari-cari kesalahan orang, ia tidak akan cepat tersinggung walau melihat yang mungkar sekalipun karena jiwanya selalu diliputi rahmat dan kasih sayang.
Keenam, dari Arafah para jamaah ke Mudzdalifah mengumpulkan senjata menghadapi musuh utama yaitu setan. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Mina dan di sanalah para Jamaah haji secara simbolis melampiaskan kebencian dan kemarahan mereka masing-masing terhadap musuh yang selama ini menjadi penyebab segala kegetiran yang dialaminya.
Adakah makna yang lebih agung berkaitan dengan pengamalan kemanusiaan dalam mencari kehidupan duniawi melebihi makna-makna yang tersirat dalam pelaksanaan haji?
Salah satu bukti yang jelas tentang keterkaitan ibadah haji dengan nilai-nilai pendidikan bagi manusia adalah isi khutbah Nabi Muhammad SAW pada haji wada’ (haji perpisahan) yang intinya menekankan: persamaan; keharusan memelihara jiwa, harta dan kehormatan orang lain; dan larangan melakukan penindasan atau pemerasan terhadap kaum lemah baik di bidang ekonomi maupun fisik.
Read rest of entry

Rabu, 16 September 2009

Biochemical Oxygen Demand

Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD)

merupakan ukuran yang seringkali dipakai untuk mengukur kualitas lingkungan hidup,

dalam hal ini air. Kedua ukuran tersebut digunakan untuk memantau kualitas air dengan

melihat kadar oksigen yang terkandung di dalamnya. Apabila kadar oksigen dalam air

menurun sebagai akibat penggunaan zat organik yang berlebih, bisa dikatakan kualitas

air menurun. Terganggunya kualitas air ditandai dengan perubahan warna, bau dan rasa,

serta yang paling parah adalah terganggunya biota yang ada dalam ekosistem air.


Penjelasan dari kedua indicator itu sendiri adalah sebagai berikut:



Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah kebutuhan oksigen yang terlarut

dalam air buangan yang mengandung senyawa kimia organic (karbon, hydrogen,

nitrogen, belerang). Pada umumnya proses penguraian senyawa organic terjadi

secara sempurna pada temperatur 20ocelsius dan dalam tempo 5 hari. Satuan BOD

dinyatakan dalam milligram per liter (mg/lt) atau milligram per kilogram (mg/kg).



Chemical Oxygen Demand (COD) adalah kadar oksigen yang terlarut dalam air

limbah yang diperlukan untuk menguraikan zat organic tertentu secara kimia karena

sukar dihancurkan secara oksidasi. Oleh karenanya dibutuhkan bantuan reaksi

oksidator yang kuat menjadi suasana asam. Nilai COD selalu lebih besar daripada

nilai BOD

manfaat eceng gondok untuk penjernihan limbah cair industri

(1) jumlah eceng gondok efektif dalam menurunkan kadar BOD sebesar 89,616% dan COD sebesar 67,122, (2) lama perlakuan eceng gondok paling efektif dalam menurunkan kadar BOD dan COD adalah 9 hari dengan kadar BOD sebesar 35,70 mg/dl dan kadar COD sebesar 179,74. terbukti dari hasil uji DMRT menunjukkan bahwa P3T3 (eceng gondok dalam jumlah 400g dan lama perlakuan 9 hari) merupakan perlakuan optimal dalam menurunkan kadar BOD dan COD.
Read rest of entry

TUJUAN HIDUP SEORANG MUSLIM

Dunia ini adalah tujuan hidup jangka pendek, nikmatilah yang ada, namun jangan tertipu didalamnya. Janganlah menghalalkan berbagai cara dalam mencapai kebahagian dunia. Seorang muslim yang baik adalah seorang yang bisa mencapai dunianya dan akhiratnya.

Seperti sabda Rasulullah : “ Orang yang terbaik adalah orang yang pandai menyatukan dunia dan akhiratnya.” Sedangkan akhirat adalah tujuan hidup yang abadi.

Dunia dapat dicapa dengan ilmu, namun akhirat hanya dapat dicapai dengan prestasi ibadah yang ditujukan kepada Allah. Untuk mencapai dunia dan akhirat, Allah telah menunjukkan caranya yaitu dengan cara menafkahkan harta dan diri kita sendiri.

(Mutiara Ramadhan, sabtu, 30 September 2006)

[QS Attaubah : 115]

115. dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan[663] suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka sehingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi[664]. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

[663] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.

[664] Maksudnya: seseorang hamba tidak akan diazab oleh Allah semata-mata karena kesesatannya, kecuali jika hamba itu melanggar perintah-perintah yang sudah dijelaskan.
Read rest of entry

ORANG YANG DICINTAI ALLAH

Kita semua ingin dicintai oleh Allah. Tidak ada seorang pun dari kita yang ingin dimurkai oleh Allah. Jika dibenci Allah kemana lagi kita akan memijakkan kaki lagi?
3 macam orang yang dicintai oleh Allah :
1. Orang yang ringan tangan
Tidak perlu kita harus kaya untuk bersedekah. Kalau kita belajar untuk miskin maka kita adlaah juara miskin itu. Kalau kita belajar untuk kaya maka kita adalah juara kaya tersebut. Jika kita ingin menjadi ringan tangan maka kita harus merasakan penderitaan mereka.

2. Orang yang rendah hati
Semakin kaya manusia mka semakin rendah hatilah dia. Kesombongan adalah suatu ketidakmampuan orang terhadap sesuatu dalam melaksanakannya.

3. Orang yang bertaubat
Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Tapi kalau dia beriman pada Allah maka dia tidak akan mengulanginya lagi. Allah lebih mencintai pemuda yang bertaubat , tapi jika orang tua yang bertaubat sudahlah terlihat biasa-biasa saja.
(Mutiara Ramadhan, Senin, 2 Oktober 2006)
Read rest of entry

MENGOBATI PENYAKIT DZOHIR DAN PENYAKIT BATHIN

Kesehatan menjadi salah satu modal dalam beribadah. Manusia terdiri dari 2 elemen pokok, yaitu jasmani dan rohani. Kebalikan dari sehat adalah sakit. Menurut Imam Al-Ghozali penyakit itu dibagi menjadi 2 :
1. Penyakit dzohir
Penyakit ini banyak ahli atau dokternya sepertiahli penyakit jantung, limfa, bengkak, dll. Penyakit ini hanya kita yang bisa tahu.


2. Penyakit batin
Penyakit ini ahlinya hanya Agama dan kemauan yang kuat untuk menyembuhkan diri seperti riya, hasud, dendam, dll. Penyakit ini orang lain dapat mengetahuinya. Penyakit ini merusak dan menghancurkan “dunia”.
Imam Al-ghozali berkata: “ Apabila kita bersungguh-sungguh dalam mengobati penyakit dzohir, maka lebih bersungguhlah dalam mengobati penyakit batin.” Ketika puasa, kesehatan jasmani terjaga kesehatan rohani pun dihiasi dengan amal. Dengan berpuasa timbul sikap jujur, ikhlas, tawadhu, serta lainnya.
Sabda Rasulullah “ Puasalah kamu, niscaya kamu akan sehat (jasmani dan rohani). Apabila sehat rohani dan jasmani kita akan seimbang menjalani hidup ini.
(Mutiara Ramadhan, Ahad, 1 Oktober 2006)
Read rest of entry
 

My Blog List

Followers

Recommended Gadget

  • ads
  • ads
  • ads
  • ads

ikhsan_blog Copyright © 2009 Gadget Blog is Designed by Ipietoon Sponsored by Blogger Template Gallery